Judul : Makna Rahasia Dibalik Pantun
Pertemuan ke-13
Gelombang : 28
Tema : Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd.
Moderator : Dail Ma'ruf, M.Pd.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kesempatan sehingga kita dapat bersua kembali pada kegiatan KBMN 28 pertemuan ke-13 malam ini.
Pada pertemuan malam ini tema yang diangkat adalah "Kaidah Pantun". Yang bertindak sebagai moderator yaitu Bapak Dail Ma'ruf atau akrab disapa Pak Damar dan Narasumbernya yaitu Bapak miftahul hadi atau kita sapa saja dengan panggilan Pak Hadi.
Melihat tema yang diusung malam ini, saya merasa bahagia😊 mengapa? karena teringat semangatnya membuat pantun saat Sekolah Dasar dulu yang jejaknya masih tersimpan rapi diotak dan hati saya. Pantun yang saya buat dulu saat SD bunyinya begini :
Ukir- ukir tanah Betawi
Jangan ukir tanah semarang
Pikir- pikir diri sendiri
Jangan pikir dirinya orang😉
Masih amatir sekali bukaaan??😆 maklum kerjaan bocah😅
Baiklah mari kita mulai mengulas materi yang dipaparkan oleh narasumber malam ini. Soo...lets do it! Tapi sebelum lebih lanjut, mari kita intip sejenak profil dari Pak hadi.
💙 Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006).
Contohnya :
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan
Artinya :
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
💙Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)
Contoh :
Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana Dunya akhirat
Artinya :
Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah tuntut ilmu,
Bagi dunia akhirat
💙Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006)
Contoh :
Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.
Artinya :
Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.
Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020). Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
❤ Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, berikut terdapat definisi pantun.
💦Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
💦Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
❤Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun. selain itu Pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.
❤ Ciri-ciri pantun :
- Satu bait terdiri atas empat baris
- Satu baris terdiri atas 4 sampai 5 kata
- Satu baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
- Bersajak a-b-a-b
- Baris 1 dan 2 disebut sampiran atau pembayang
- Baris 3 dan 4 disebut isi atau maksud
- Memahami kaidah atau ciri pantun
- Menguasai perbendaharaan kata
- Menulis isi pantun
- Menulis sampiran pantun
Pohon nangka dililit benalu
Benalu runtuhkan batu bata
Mari kita waspada selalu
Virus corona disekitar kita
2. Rima tengah dan akhir
Susun sejajar bungalah bakung
Terbang menepi si burung elang
Merdeka belajar marilah dukung
Wujud mimpi Indonesia cemerlang
3. Rima awal, tengah, dan akhir
Jangan dipetik si daun sirih
Jika tidak dengan gagangnya
Jangan diusik orang brkasih
Jika tidak dengan sayangnya
4. Rima lengkap
Bagai patah tak tumbuh lagi
Rebah sudah selasih di taman
Bagai sudah tak suluh lagi
Patah sudah kasih idaman
Menjelang akhir dari sesi pemaparan materi, pak Hadi memberikan tantangan membuat pantun dengan tema gambar dibawah ini.
"MARKICOB"💃💃 MARI KITA COBAAAA💥💢💪😍
Tupai berlari tak terkejar
Pandai menari harus berbakat
Mari sukseskan merdeka belajar
Cetak generasi hebat berkarakter kuat
Sampailah kita diakhir pemaparan materi oleh narasumber. Sebagai kalimat penutup pak Hadi menuliskan beberapa bait pantun.
Biji selasih jangan dimakan
Batang tebu akar seruntun
Terimakasih kami ucapkan
Bapak ibu kelas menulis pantun
Pergi berkelah menjaja katun
Saudagar arab ditengah pekan
Segala madah telah disusun
Salah silap mohon dimaafkan
Demikian resume yang dapat saya ulas dari materi malam ini. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca. Harapan lulus dan menelurkan buku solo selalu jadi doa utama. Terimakasih.
# SALAM LITERASI
# MENULIS TANPA BATAS
Semangat
BalasHapushttps://yamin19710813.blogspot.com/2023/02/kaidah-pantun-pertemuan-ke-13.html
Harus semangat💪💪
HapusResume materi 13 yang Bagus, lengkap dan informatif --- kren luar biasa. pertahankan dan semangat
BalasHapusTerimakasih motivasinya pak Damar😇 support system banget ini🥰
Hapusalhamdulillah...siap mampir
BalasHapusKeren Bu resumenya
BalasHapus